Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua senyawa alkaloid
mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa
dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin
heterosiklik. Contoh tanaman yang mengandung senyawa alkaloid antara
lain: brotowali, bluntas, daun wungu, kecubung, alang-alang, sambiloto,
daun papaya, dan sebagainya.
Tanaman bratawali/ brotowali atau nama ilmiahnya adalah Tinospora crispa (L.) Diels merupakan salah satu tanaman asli Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan khasiatnya untuk obat alternatif seperti demam, rematik, gatal-gatal, diabetes, kudis, obat luka, muntah, diare dan sebagainya. Menurut Noor H. dan Ashcroft S.J. (1998) senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman ini antara lain glikosida pikroretosida, zat pahit alkaloid berberina dan palmatina, pikroretin, damar dan harsa. Akarnya mengandung alkaloid berberina, tinosporina, tinosporidina, dan kolumbina. Juga dilaporkan mengandung senyawa anti oksidan bergenin (yang diidentifikasi sebaga gabungan senyawa N‐cis‐feruloil‐tiramin, N‐trans‐feruloil‐tiramin, dan seko‐iso‐larisi‐resinol). Juga mengandung senyawa kelompok triterpen siklo‐eukalenol dan siklo‐eukalenon (Kongkathip et.al.,2007).
Pada batang brotowali dilaporkan mengandung flavon O‐glikosida (apigenin), pikroretosida, berberina, palmatina, pikroretina, dan resin. Dalam penelitian terakhir ditemukan 3 senyawa kelompok alkaloid aporfina : N‐formil‐nor‐nusiferina, N‐asetil‐nornusiferina, dan Isikamina. Batang brotowali dilaporkan mengandung 2 senyawa diterpen baru tinotufolin-D dan viteksilakton. Uji pra klinis tanaman brotowali pada kultur sel Hela (karsinomaserviks), menunjukkan efek sitotoksisitas dari ekstrak brotowali setara dengan efek dari doxorubicin (Pranee et.al., 1997)
Hasil tumbukan atau pipisan daun brotowali digunakan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit pinggang dan punggung. Di Jawa, T. crispa (L.) Diels banyak digunakan untuk mengobati demam dan sebagai obat luar, seperti luka dan gatal-gatal. Air rebusan daun banyak digunakan untuk menyembuhkan gatal-gatal, koreng, dan borok-borok yang sulit di sembuhkan yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme (Kresnadi, 2003).
Banyak manfaat yang diberikan oleh tanaman brotowali telah mendorong dilakukannya penelitian untuk menggali potensi lain dari tanaman brotowali. Salah satunya ialah potensinya sebagai sumber antioksidan.. Antioksidan bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas membentuk radikal bebas tidak reaktif yang relatif stabil. Radikal bebas memiliki pasangan elektron yang reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul-molekul tersebut berujung pada timbulnya suatu penyakit. Oksigen reaktif dapat pula memacu zat karsinogenik sebagai faktor utama penyebab kanker. Bahaya radikal bebas dapat diredam oleh senyawa antioksidan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai komponen-komponen senyawa kimia yang terdapat dalam daun brotowali. Dalam penelitian ini akan diuji senyawa alkaloid utama (zat pahit: berberina dan palmatina) yang terkandung dalam daun brotowali dan kemungkinan potensinya sebagai antioksidan. Dengan uji antioksidan yang terdapat pada tanaman brotowali maka kita akan mengetahui senyawa mana saja yang berperan/ memiliki aktifitas antioksidan yang tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang bahan tanaman obat yang dapat menjadi salah satu alternatif sumber antioksidan alami, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Tanaman bratawali/ brotowali atau nama ilmiahnya adalah Tinospora crispa (L.) Diels merupakan salah satu tanaman asli Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan khasiatnya untuk obat alternatif seperti demam, rematik, gatal-gatal, diabetes, kudis, obat luka, muntah, diare dan sebagainya. Menurut Noor H. dan Ashcroft S.J. (1998) senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman ini antara lain glikosida pikroretosida, zat pahit alkaloid berberina dan palmatina, pikroretin, damar dan harsa. Akarnya mengandung alkaloid berberina, tinosporina, tinosporidina, dan kolumbina. Juga dilaporkan mengandung senyawa anti oksidan bergenin (yang diidentifikasi sebaga gabungan senyawa N‐cis‐feruloil‐tiramin, N‐trans‐feruloil‐tiramin, dan seko‐iso‐larisi‐resinol). Juga mengandung senyawa kelompok triterpen siklo‐eukalenol dan siklo‐eukalenon (Kongkathip et.al.,2007).
Pada batang brotowali dilaporkan mengandung flavon O‐glikosida (apigenin), pikroretosida, berberina, palmatina, pikroretina, dan resin. Dalam penelitian terakhir ditemukan 3 senyawa kelompok alkaloid aporfina : N‐formil‐nor‐nusiferina, N‐asetil‐nornusiferina, dan Isikamina. Batang brotowali dilaporkan mengandung 2 senyawa diterpen baru tinotufolin-D dan viteksilakton. Uji pra klinis tanaman brotowali pada kultur sel Hela (karsinomaserviks), menunjukkan efek sitotoksisitas dari ekstrak brotowali setara dengan efek dari doxorubicin (Pranee et.al., 1997)
Hasil tumbukan atau pipisan daun brotowali digunakan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit pinggang dan punggung. Di Jawa, T. crispa (L.) Diels banyak digunakan untuk mengobati demam dan sebagai obat luar, seperti luka dan gatal-gatal. Air rebusan daun banyak digunakan untuk menyembuhkan gatal-gatal, koreng, dan borok-borok yang sulit di sembuhkan yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme (Kresnadi, 2003).
Banyak manfaat yang diberikan oleh tanaman brotowali telah mendorong dilakukannya penelitian untuk menggali potensi lain dari tanaman brotowali. Salah satunya ialah potensinya sebagai sumber antioksidan.. Antioksidan bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas membentuk radikal bebas tidak reaktif yang relatif stabil. Radikal bebas memiliki pasangan elektron yang reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul-molekul tersebut berujung pada timbulnya suatu penyakit. Oksigen reaktif dapat pula memacu zat karsinogenik sebagai faktor utama penyebab kanker. Bahaya radikal bebas dapat diredam oleh senyawa antioksidan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai komponen-komponen senyawa kimia yang terdapat dalam daun brotowali. Dalam penelitian ini akan diuji senyawa alkaloid utama (zat pahit: berberina dan palmatina) yang terkandung dalam daun brotowali dan kemungkinan potensinya sebagai antioksidan. Dengan uji antioksidan yang terdapat pada tanaman brotowali maka kita akan mengetahui senyawa mana saja yang berperan/ memiliki aktifitas antioksidan yang tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang bahan tanaman obat yang dapat menjadi salah satu alternatif sumber antioksidan alami, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.