Kamis, 04 Oktober 2012

Awas, Koran Bekas

Usaha-usaha untuk menanggulangi pencemaran logam berat di Indonesia sampai saat ini belum banyak dilakukan. Hal ini terutama karena sebagian besar industri di Indonesia belum mempunyai sarana pengolahan limbah yang memadai.

Usaha yang dapat kita lakukan untuk menghindari bahaya logam berat, antara lain dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko mengandung logam berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar.

Selain itu, kita juga perlu memperhatikan dan peduli terhadap lingkungan agar pencemaran tidak semakin bertambah jumlahnya. Peningkatan pengetahuan mengenai logam berat juga dapat bermanfaat dan membuat kita lebih waspada terhadap pencemaran logam berat.

Logam berat di dalam bahan pangan ternyata tidak hanya terdapat secara alami, namun juga dapat merupakan hasil migrasi dari bahan pengemasnya. Oleh karena itu, pengemasan bahan pangan harus dilakukan secara hati-hati. Pengemasan makanan dengan menggunakan kertas koran bekas tentu tidak tepat karena memungkinkan terjadinya migrasi logam berat (terutama Pb) dari tinta pada koran ke makanan. Pengemasan makanan dengan bahan yang memiliki aroma kuat, seperti PVC (Poly Vinyl Chloride) dan styrofoam, memungkinkan terjadinya migrasi arsen ke makanan. 
 
Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman. Accidental poisoning seperti termakannya senyawa timbal dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan gejala keracunan timbal seperti iritasi gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut, muntah, sakit perut, dan diare.

Menurut Darmono (1995), Pb dapat mempengaruhi sistem saraf, inteligensia, dan pertumbuhan. Pb di dalam tubuh terikat pada gugus SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Efek logam Pb pada kesehatan manusia adalah menimbulkan kerusakan otak, kejang-kejang, gangguan tingkah laku, dan bahkan kematian.
Toksisitas logam Cu pada manusia, khususnya anak-anak, biasanya terjadi karena CuSO4. Beberapa gejala keracunan Cu adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian (Darmono, 1995).

Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang khas atau ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen terutama adalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa nyeri lambung dan muntah-muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, terutama kanker paru-paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan pembentukan kanker kulit pada manusia.
 
http://nasional.kompas.com/read/2008/09/21/11254074/Bahaya.Logam.Berat.dalam.Makanan.

jadi,,,jangan gunakan koran bekas sebagai kemasan makanan kalian yach....
diri kita hanya kita yang mencintainya......

salam persahabatan........

SINTESIS SENYAWA FLAVONOID TERALKILASI DENGAN METODE REAKSI MULTIKOMPONEN SERTA STUDI AB INITIO MEKANISME REAKSI TAHAP AWAL SINTESISNYA

Flavonoid merupakan kelompok senyawa alam yang banyak ditemukan pada berbagai jaringan tanaman. Senyawa ini dicirikan dengan adanya pola C6-C3-C6 dengan dua cincin aromatik. Flavonoid banyak terdapat pada bahan makanan yang digunakan dalam nutraceutical. Literatur mutakhir menyebutkan kemungkinan penggunaan flavonoid dalam kemoterapi kanker bahkan ada yang sedang memasuki uji klinis tahap III. Hasil uji sitotoksisitas terhadap sel kanker murine leukemia P388 menunjukkan bahwa adanya gugus hidroksi pada cincin B dan gugus prenil pada posisi 3 merupakan faktor penting terhadap tingginya bioaktivitas. Kadar flavonoid yang rendah pada tanaman menjadi kendala untuk dimanfaatkan lebih lanjut sehingga perlu disintesis. Pada penelitian ini telah berhasil disintesis senyawa β-diketon yang merupakan senyawa kunci sintesis flavonoid teralkilasi. Telah ditemukan struktur dan energi keadaan transisi yang menunjukkan perbedaan energi pengaktifan reaksi dengan dan tanpa katalis. Hasil komputasi menunjukkan urutan kereaktifan asetil klorida, anhidrida asetat, dan asam asetat yang sesuai dengan pengamatan empiris.



http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-danielnim1-31004