Rabu, 17 Oktober 2012

ISOLASI SENYAWA ALKALOID DARI EKSTRAK METANOL DAUN BROTOWALI (Tinospora crispa (L.) Diels) DAN POTENSINYA SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua senyawa alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Contoh tanaman yang mengandung senyawa alkaloid antara lain: brotowali, bluntas, daun wungu, kecubung, alang-alang, sambiloto, daun papaya, dan sebagainya.
Tanaman bratawali/ brotowali atau nama ilmiahnya adalah Tinospora crispa (L.) Diels merupakan salah satu tanaman asli Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan khasiatnya untuk obat alternatif seperti demam, rematik, gatal-gatal, diabetes, kudis, obat luka, muntah, diare dan sebagainya. Menurut Noor H. dan Ashcroft S.J. (1998) senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman ini antara lain glikosida pikroretosida, zat pahit alkaloid berberina dan palmatina, pikroretin, damar dan harsa. Akarnya mengandung alkaloid berberina, tinosporina, tinosporidina, dan kolumbina. Juga dilaporkan mengandung senyawa anti oksidan bergenin (yang diidentifikasi sebaga gabungan senyawa N‐cis‐feruloil‐tiramin, N‐trans‐feruloil‐tiramin, dan seko‐iso‐larisi‐resinol). Juga mengandung senyawa kelompok triterpen siklo‐eukalenol dan siklo‐eukalenon (Kongkathip et.al.,2007).

Pada batang brotowali dilaporkan mengandung flavon O‐glikosida (apigenin), pikroretosida, berberina, palmatina, pikroretina, dan resin. Dalam penelitian terakhir ditemukan 3 senyawa kelompok alkaloid aporfina : N‐formil‐nor‐nusiferina, N‐asetil‐nornusiferina, dan Isikamina. Batang brotowali dilaporkan mengandung 2 senyawa diterpen baru tinotufolin-D dan viteksilakton. Uji pra klinis tanaman brotowali pada kultur sel Hela (karsinomaserviks), menunjukkan efek sitotoksisitas dari ekstrak brotowali setara dengan efek dari doxorubicin (Pranee et.al., 1997)
Hasil tumbukan atau pipisan daun brotowali digunakan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit pinggang dan punggung. Di Jawa, T. crispa (L.) Diels banyak digunakan untuk mengobati demam dan sebagai obat luar, seperti luka dan gatal-gatal. Air rebusan daun banyak digunakan untuk menyembuhkan gatal-gatal, koreng, dan borok-borok yang sulit di sembuhkan yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme (Kresnadi, 2003).
Banyak manfaat yang diberikan oleh tanaman brotowali telah mendorong dilakukannya penelitian untuk menggali potensi lain dari tanaman brotowali. Salah satunya ialah potensinya sebagai sumber antioksidan.. Antioksidan bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas membentuk radikal bebas tidak reaktif yang relatif stabil. Radikal bebas memiliki pasangan elektron yang reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul-molekul tersebut berujung pada timbulnya suatu penyakit. Oksigen reaktif dapat pula memacu zat karsinogenik sebagai faktor utama penyebab kanker. Bahaya radikal bebas dapat diredam oleh senyawa antioksidan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai komponen-komponen senyawa kimia yang terdapat dalam daun brotowali. Dalam penelitian ini akan diuji senyawa alkaloid utama (zat pahit: berberina dan palmatina) yang terkandung dalam daun brotowali dan kemungkinan potensinya sebagai antioksidan. Dengan uji antioksidan yang terdapat pada tanaman brotowali maka kita akan mengetahui senyawa mana saja yang berperan/ memiliki aktifitas antioksidan yang tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang bahan tanaman obat yang dapat menjadi salah satu alternatif sumber antioksidan alami, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

http://pradina21.blogspot.com/2011/05/isolasi-senyawa-alkaloid-dari-ekstrak.html

4 komentar:

  1. Uji pra klinis tanaman brotowali pada kultur sel Hela (karsinomaserviks), menunjukkan efek sitotoksisitas dari ekstrak brotowali setara dengan efek dari doxorubicin

    masalah : jelaskan efek sitotoksisitas dari ekstrak brotowali.....????????

    BalasHapus
    Balasan
    1. pada penjelasan diatas Uji pra klinis Brotowali pada kultur sel HeLa (karsinomaserviks), menunjukkan efek sitotoksisitas dari ekstrak brotowali setara dengan efek dari doxorubicin. Diperkirakan tanaman ini mempunyai prospek yang baik sebagai anti neoplastik (obat kanker)
      http://mhanafi123.wordpress.com/2010/10/05/brotowali-tinospora-crispa-l-miers/

      Doxorubicin merupakan agen kemoterapi golongan antibiotik antrasiklin, sudah secara luas digunakan sebagai antikanker. Namun dalam pemakaian klinis memiliki beberapa keterbatasan karena mempunyai efek yang tidak diharapkan yaitu kardiotoksik (toksik pada jantung) yang cukup serius.

      Doxorubicin dapat menyebabkan akut dan kronis kardiotoksik tergantung dosis. Kardiotoksisk akut ditandai dengan abnormalitas elektrokardiografi (ECG) dengan perpanjangan interval ST, gelombang flattening dan penurunan tegangan QRS. Kardiotoksik kronis dikarakterisasi dengan disfungsi ventrikel kiri secara progresif dan gagal jantung kongestif (CHF). Di antara mekanisme yang beragam tentang kardiotoksik doxorubcin, mekanisme dengan melibatkan radikal oksigen adalah yang secara luas diterima.
      http://moko31.wordpress.com/2012/05/26/agen-pencegah-kardiotoksik-doxorubicin/

      Hapus
  2. Seperti yang telah di jelaskan pada artikel di atas, efek sitotoksisitas dari ekstrak brotowali setara dengan efek dari doxorubicin.
    Doxorubicin merupakan antibiotik golongan antrasiklin yang banyak digunakan untuk terapi berbagai macam jenis kanker seperti leukemia akut, kanker payudara, kanker tulang dan ovarium (Childs et al., 2002).Doxorubicin dapat menyebabkan kardiotoksisitas pada penggunaan jangka panjang, hal itu menyebabkan penggunaannya secara klinis menjadi terbatas. Efek samping pada pemakaian kronisnya bersifat ireversibel, termasuk terbentuknya cardiomyopathy dan congestive heart failure (Han et al., 2008). Umumnya doxorubicin digunakan dalam bentuk kombinasi dengan agen antikanker lainnya seperti siklofosfamid, cisplatin dan 5-FU. Peningkatan respon klinis dan pengurangan efek samping cenderung lebih baik pada penggunaan kombinasi dengan agen lain dibandingkan penggunaan doxorubicin tunggal (Bruton et al., 2005).
    Berbagai penelitian mengenai mekanisme kerja doxorubicin telah dilakukan. Antibiotik antrasiklin seperti doxorubicin memiliki mekanisme aksi sitotoksik melalui empat mekanisme yaitu:
    (1) penghambatan topoisomerase II
    (2) interkalasi DNA sehingga mengakibatkan penghambatan sintesis DNA dan RNA
    (3) pengikatan membran sel yang menyebabkan aliran dan transport ion
    (4) pembentukan radikal bebas semiquinon dan radikal bebas oksigen melalui proses yang tergantung besi dan proses reduktif yang diperantarai enzim. Mekanisme radikal bebas ini telah diketahui bertanggungjawab pada kardiotoksisitas akibat antibiotik antrasiklin (Bruton et al, 2005).

    http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=2246

    BalasHapus
  3. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa uji pra klinis Brotowali pada kultur sel HeLa (karsinomaserviks), menunjukkan efek sitotoksisitas dari ekstrak brotowali setara dengan efek dari doxorubicin. Diperkirakan tanaman ini mempunyai prospek yang baik sebagai anti neoplastik.

    Read more about TANAMAN OBAT - BROTOWALI | Pusat Obat Herbal, dan Tanaman Obat Tradisional Berkualitas by www.tanaman-obat.com


    Doxorubicin merupakan antibiotik antitumor yang banyak digunakan untuk beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara, leukemia akut, dsb.
    Doxorubicin dapat menyebabkan kardiotoksisitas pada penggunaan jangka panjang, hal itu menyebabkan penggunaannya secara klinis menjadi terbatas. Efek samping pada pemakaian kronisnya bersifat ireversibel, termasuk terbentuknya cardiomyopathy dan congestive heart failure (Han et al., 2008).
    Pembentukan radikal superoksida dari recycling doxorubicin merupakan faktor yang krusial dalam patogenesis kardiotoksisitas yang diinduksi oleh doxorubicin.
    Thymoquinone berperan penting sebagai antioksidan endogen dan sebagai agen sitoprotektif dalam mencegah kerusakan jaringan yang ditimbulkan oleh agen kemoterapi. Dengan efek ini ditambah dengan rendahnya toksisitas thymoquinon, semakin menguatkan bahwa thymoquinone memiliki potensi sebagai agen antioksidan dalam mengatasi kardiotoksisitas yang diinduksi oleh doxorubicin.
    Peningkatan respon klinis dan pengurangan efek samping cenderung lebih baik pada penggunaan kombinasi dengan agen lain dibandingkan penggunaan doxorubicin tunggal (Bruton et al., 2005).

    Oleh karena itu pengembangan agen antikanker dengan efek samping yang rendah maupun agen kombinasi yang dapat menurunkan efek samping doxorubicin masih perlu terus diupayakan.
    http://www.scribd.com/doc/79952382/Doxorubicin

    BalasHapus