BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Siklus Asam Sitrat pertama-tama dikemukakan
sebagai lintas oksidasi piruvat di dalam jaringan hewan pada tahun 1937 oleh
Hans Krebs. Pemikiran ini mengilhaminya saat penelitian mengenai pengaruh anion
dari berbagai jenis asam organik terhadap konsumsi oksigen oleh suspensi
cacahan otot dada burung merpati yang mengoksidasi piruvat. Sebelumnya,
peneliti menyebutkan ada 4 asam organik dikarboksilat yang ada dalam jaringan
hewan yaitu suksinat, fumarat, malat, dan asam oksaloasetat yang merangsang
konsumsi oksigen di otot. Teori Siklus Asam Sitrat ini dikemukakan oleh Krebs
sebagai lintas utama bagi oksidasi karbohidrat di dalam otot. Tetapi, setelah
penemuannya, asam sitrat telah berfungsi praktis dalam semua jaringan hewan dan
tanaman tingkat tinggi serta mikroorganisme aerobik.
Siklus Krebs adalah satu seri reaksi
yang terjadi di dalam mitokondria yang membawa katabolisme residu asetyl,
membebaskan ekuivalen hidrogen, yang dengan oksidasi menyebabkan pelepasan dan
penangkapan ATP sebagai kebutuhan energi jaringan. Residu asetyl dalam bentuk
asetyl-KoA (CH3-CO-S-CoA, asetat aktif).
transpor elektron adalah tahapan
terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor elektron sering disebut juga
sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor elektron
berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang
berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang
dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif,
dan siklus
Krebs.
Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q
(Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Radikal
bebas adalah atom atau molekul yang kehilangan elektron / memiliki elektron yang tidak berpasangan, sehingga
molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron
dari atom atau molekul lain.
Radikal bebas dapat dihasilkan dari
hasil metabolisme tubuh dan faktor
eksternal seperti asap rokok, beberapa logam, hasil penyinaran ultra violet,
radiasi, zat kimiawi dalam makanan dan polutan lain. Misalnya pada molekul air,
ikatan atom oksigen dengan atom hidrogen berupa ikatan
kovalen.
Oksidan adalah molekul relative yang menyerang molekul lain, sebagian
berupa radikal bebas, yang bersifat reaktif karena memiliki elektron yang tidak
berpasangan, sehingga mengakibatkan ia tidak stabil. Oksidan, dalam
pengertian ilmu kimia, adalah senyawa penerima elektron, (electron acceptor), yaitu senyawa-senyawa yang dapat menarik
elektron. Ion ferri (Fe+++), misalnya, adalah suatu oksidan.
Antioksidan (untuk melindungi diri dari oksidan)
adalah suatu senyawa berkadar rendah yang dapat mencegah ataupun menghentikan
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas dalam tubuh kita. Antioksidan dapat juga diartikan sebagai zat yang mampu
memperlambat atau mencegah proses oksidasi.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Dalam
makalah ini adapun rumusan masalah nya adalah :
a. Apa
yang dimaksud dengan TCA (tricarboxylic
acid)?
b. Bagaimana
pengendalian daur TCA dalam tubuh?
c. Bagaimana
proses terjadinya transpor elektron dalam tubuh?
d. Bagaimana
proses pembentukan radikal bebas dan H2O dalam tubuh?
e. Apa
yang dimaksud dengan oksidan dan antioksidan?
f. Apa
dampak oksidan dan antioksidan bagi tubuh?
1.3
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah biokimia 1
b. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan TCA (tricarboxylic
acid).
c. Untuk
mengetahui tahap-tahap pengendalian daur TCA dalam tubuh.
d. Untuk
mengetahui tahap-tahap transpor elektron dalam tubuh.
e. Untu
mengetahui proses pembentukan radikal bebas dan H2O dalam tubuh.
f. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan oksidan dan antioksidan.
g. Untuk
mengetahui dampak oksidan dan antioksidan dalam tubuh.
1.4
BATASAN
MASALAH
Batasan
masalah dalam makalah ini terbatas pada rumusan masalah.
Bab iI
PEMBAHASAN
2.1 TCA (Tricarboxylic Acid)
Respirasi sel terjadi dalam tiga tahapan penting, yaitu:
1.
Molekul bahan organik dioksidasi menghasilkan gugus
asetil dari asetil koenzim
2.
Gugus asetil ini masuk ke dalam siklus asam sitrat yang
akan menguraikan molekul secara enzimatik , menghasilkan atom hidrogen
berenergi tinggi, dan membebaskan CO2 produk oksidasi akhir bahan
bakar organik tersebut
3.
Atom Hidrogen dipisahkan menjadi proton dan elektron
berenergi tinggi yang dipindahkan menuju molekul oksigen dan
tereduksi menjadi H2O.
A. Munculnya Pemikiran Mengenai Siklus Asam Sitrat
Siklus Asam
Sitrat pertama-tama dikemukakan sebagai lintas oksidasi piruvat di dalam
jaringan hewan pada tahun 1937 oleh Hans Krebs. Pemikiran ini mengilhaminya
saat penelitian mengenai pengaruh anion dari berbagai jenis asam organik
terhadap konsumsi oksigen oleh suspensi cacahan otot dada burung merpati yang mengoksidasi
piruvat. Sebelumnya, peneliti menyebutkan ada 4 asam organik dikarboksilat yang
ada dalam jaringan hewan yaitu suksinat, fumarat, malat, dan asam oksaloasetat
yang merangsang konsumsi oksigen di otot.
Setelah itu, Krebs mengamati bahwa malat, penghambat
kompetitif spesifik bagi dehidrogenase suksinat menghambat penggunaan
piruvat secara aerobik tanpa tergantung pada jenis asam organik lain sehingga
disebut sebagai komponen esensial dalam reaksi enzimatik yang terlibat dalam
oksidasi piruvat. Krebs pun menemukan bahwa jika malat digunakan untuk
menghambat pemakaian piruvat secara aerobik, akan terjadi penumpukan sitrat,
α-ketoglutarat, dan suksinat dalam medium suspensi.
Krebs akhirnya menyimpulkan bahwa asam tri- dan
dikarboksilat aktif di atas jika disusun dalam suatu urutan kimia secara logis
dan tiap tahapannya merupakan pengubah-an kimiawi sederhana yang dikatalisis
oleh suatu enzim spesifik serta inkubasi oksaloasetat dengan hancurnya jaringan
otot yang mengakibatkan penumpukan. Pada bagian inilah Krebs menyatakan bahwa
urutan ini berfungsi dalam suatu bentuk lingkaran , bukan dengan cara linear.
Reaksi Hipotesis Krebs adalah:
Piruvat + oksaloasetat
Sitrat + CO2
Teori Siklus Asam Sitrat ini dikemukakan oleh Krebs
sebagai lintas utama bagi oksidasi karbohidrat di dalam otot. Tetapi, setelah
penemuannya, asam sitrat telah berfungsi praktis dalam semua jaringan hewan dan
tanaman tingkat tinggi serta mikroorganisme aerobik.
B.
Siklus Asam
Sitrat
Dalam siklus yang sangat ruwet ini , melibatkan senyawa
antara 4, 5,dan 6 atom karbon yang diperlukan untuk mengoksidasi
gugus asetil 2 karbon. Asam asetat merupakan molekul kecil yang amat sederhana
tahan terhadap oksidasi kimia pada atom karbon metilnya. Kondisi yang cukup
drastis, yang tidak cocok dengan lingkungan di dalam sel, dibutuhkan untuk
mengoksidasi asetat secara langsung menjadi dua molekul CO2. Sel
dapat dengan mudah menurunkan energi aktivasi, mereaksikan asam asetat dan
oksaloasetat untuk menghasilkan sitrat yang jauh lebih mudah terhidrogenasi dan
terkarboksilasi dari pada asetat itu sendiri.
Siklus
Asam Sitrat atau Asam Trikarboksilat merupakan lintasan terakhir bagi oksidasi
gugus asetil, tempat bertemunya molekul bahan bakar organik sel, karbohidrat,
asam lemak, dan asam amino selama katabolisme.
Pada jalur katabolisme, proses yang utama terjadi daur
krebs (TCA) karena daur krebs ini paling efektif menghasilkan energi. Energi
digunakan untuk mempertahankan sel dan biosintesis sehingga aktivitas sel sangat
tergantung pada daur Krebs ini.
TCA atau Siklus Krebs merupakan proses di mana asam
asetat (dalam bentuk Asetil- KoA) dioksidasi sempurna menjadi CO2
dan H2O. Karena Asetil KoA dihasilkan dari piruvat, maka pada daur
ini juga terjadi oksidasi sempurna dari molekul glukosa menjadi CO2
dan H2O.
C. Tahapan dalam Siklus Krebs (Krebs Cycle)
GAMBAR
SIKLUS KREBS (KREBS CYCLE)
Sebelum
memasuki daur TCA , piruvat akan dioksidasi lebih dulu menjadi asetil Ko-A ,
yang pada gilirannya molekul inilah yang terlibat dalam siklus Krebs. Asam
piruvat akan membentuk Asetil KoA dengan adanya enzim kompleks piruvat
dehidrogenase, NAD+ , dan KoA-SH. Pada reaksi ini , akan
mengeluarkan CO2
CH3 – C- CO2H + KoA-SH
+ NAD+ CH3 – C – S – KoA + NADH
+ H+ + CO2
ll
ll
O O
Pada Krebs
Cycle ini terdiri dari 8 tahapan penting yaitu :
1.
Sitrat
Dibentuk oleh Kondensasi Asetil KoA dengan Oksaloasetat
Asetil
KoA dengan asam oksaloasetat akan bergabung membentuk asam sitrat dengan
bantuan enzim citrate synthase . Reaksi ini merupakan reaksi kondensasi aldol
yang disertai hidrolisis dan berjalan searah dan akan mengeluarkan KoA-SH
Asetil KoA
+ Oksaloasetat
Sitril-KoA
CH3 – C – S – KoA O= C – CO2H CH2CO – S- KoA
ll l l
O HC – CO2H HOC-
CO2H
l l
H HC-
CO2H
l
H
H2O
Asam sitrat + KoA-SH
CH2CO2H
l
HOC – CO2H
l
HC- CO2H
l
H
2.
Sitrat
Diubah Menjadi Isositrat melalui Cis- Akonitat
Asam
sitrat akan membentuk isositrat dengan bantun enzim akonitase dan ion Fe2+.
Proses ini melalui dua tahap yaitu :
a) Pembentukan
Cis- Akonitat dengan proses dehidrasi ( yang tetap terikat enzim)
b) Melalui
proses rehidrasi akan dibentuk asam isositrat dari
asam isositrat , dengan adanya enzim isositrat dehidrogenase dan NAD+
akan dioksidasi membentuk asam oksalosuksinat (oxalosuccunic).
Asam sitrat Asam Isositrat
CH2- CO2H CH2- CO2H
l l
HOC- CO2H HC – CO2H
l l
HC – CO2H H
3.
Isositrat
Mengalami Dehidrogenasi Menghasilkan α-ketoglutarat dan CO2
Reaksi
ini diikuti dekarboksilasi oleh enzim yang sama menjadi α-ketoglutarat. Enzim
ini memerlukan bantuan ion Mn++ atau ion Mg++.
Ada 3 jenis
isositrat dehidrogenase yaitu :
a. Satu jenis
isositrat yang memerlukan NAD+
dan hanya ditemukan di dalam mitokondria. NADH dan H+ yang
terbentuk akan diteruskan dalam rantai respirasi
b. Dua jenis
isositrat lainnya menggunkaan NADP+ dan ditemukan dalam mitokondria
dan sitosol. Hasil dari reaksi adalah NADH+ dan H+
Isositrat + NAD+ (NADP+) α-ketoglutarat + CO2 + NADH (NADPH) + H+
ΔG0
= 5,0 kkal / mol
4.
α-ketoglutarat
Dioksidasi Menjadi Suksinil KoA dan CO2
α-
ketoglutarat akan membentuk suksinil KoA
(succinyl CoA) dengan adanya enzim kompleks α-ketoglutarat
dehidrogenase. Enzim ini memerlukan kofaktor seperti TPP, Lipoat, NAD+,
FAD dan KoA. Reaksi ini secara fisiologis berjalan searah. Pada reaksi ini, sama
seperti reaksi pembentukan asetil KoA dari piruvat memerlukan NAD+
dan CoA-SH dan akan menghasilkan NADH, H+, dan
CO2. Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenit sehingga mengakibatkan
akumulasi atau penumpukan α-ketoglutarat.
CH2-
CO2H CH2- CO2H
l l
HCH + NAD+ + KoA-SH HCH + NADH + H+
+ CO2
l l
O=C-CO2 H O=CS KoA
(Asam
α-ketoglutarat) (Suksinil KoA)
5.
Pengubahan
Suksinil KoA Menjadi Suksinat
Suksinil
KoA akan
bereaksi dengan Pi membentuk asam suksinat (succinic acid). Enzim yang
diperlukan adalah suksinat tiokinase dan Ko enzim GDP. Pada reaksi ini , akan
terbentuk GTP dan KoA- SH. Reaksi ini merupakan satu-satunya dalam TCA Cycle
yang membentuk senyawa fosfat berenergi tinggi pada tingkat substrat.
CH2-
CO2H
CH2- CO2H
l l
HCH + GDP + H3PO4 CH2CO2H + GTP KoA-SH
l
O=CS KoA
(Suksinil
KoA) (Asam Suksinat)
6.
Dehidrogenase
Suksinat menjadi Fumarat
Asam
suksinat dengan flavo protein suksinat dehidrogenase dan FAD akan memasam
fumarat dan FADH2. Reaksi ini tidak melewati NAD dan dehidrogenase
secara kompetitif dihambat oleh malonat.
CH2CO2H
CHCO2H
l + FAD-enz ll
+ FADH2-enz
CH2CO2H CHCO2H
(Asam
Suksinat) (Asam
Fumarat)
7.
Fumarat
Terhidrasi Membentuk Malat
Asam
fumarat dengan proses rehidrasi akan membentuk asam malat dan enzim yang
diperlukan adalah fumarase (fumarat
hidratase).
CHCO2H HOCHCO2H
ll
+ H2O l
CHCO2H
HCHCO2
(Asam
Fumarat) (Asam L-Malat)
8.
Malat
Mengalami Dehidrogenase Membentuk Oksaloasetat
Asam
Malat akan membentuk asam oksaloasetat kembali dengan bantuan enzim malate
dehidrogenase dan NAD+. Pada reaksi ini, dihasilkan NADH dan H+
HOCHCO2H
O=CHCO2
l + NAD+ l + NADH + H+
HCHCO2
HCHCO2
(Asam
L-Malat) (Asam Oksaloasetat)
Asam
oksaloasetat ini akan bergabung kembali dengan asetil KoA untuk membentuk asam
sitrat dan reaksi akan berlangsung kembali
Energi yang diperoleh dari Siklus Krebs
Jumlah ATP
yang dihasilkan dari TCA adalah sebagai berikut :
1. Perubahan
dari piruvat menjadi Asetil KoA memerlukan NAD+ dan akan
meng-hasilkan NADH dan H+ .
NADH tersebut akan menghasilkan 3 ATP. Pada bagian
ini, sebenarnya dihasilkan pada bagian oksidasi piruvat
2.
Perubahan isositrat menjadi oksalosuksinat juga
menghasilkan NADH yang juga akan menghasilkan 3 ATP
3.
Perubahan dari α-ketoglutarat menjadi suksinil KoA dengan
adanya enzim α- ketoglutarat dehidrogenase kompleks juga akan
menghasilkan NAD yang setara dengan 3 ATP
4.
Perubahan dari suksinil KoA menjadi asam suksinat dengan
enzim suksinat tiokinase akan menghasilkan GTP yang setara dengan 1 ATP
5. Perubahan
dari suksinat menjadi fumarat akan menghasilkan FADH2 yang setara dengan
2 ATP
6. Perubahan
dari malat menjadi oksaloasetat akan menghasilkan NADH yang setaradengan 3 ATP
Total dari
ATP yang dihsilkan dari setiap tahapan adalah :
3+ 3+ 1+ 2+ 3 = 12 ATP
Seperti kita ketahui dari 1 mol
glukosa akan dihasilkan 2 mol piruvat sehingga ATP yang dihasilkan akan
berjumlah 2 x 12 = 24 ATP/ 1 mol glukosa. Hasil utama yang diperoleh pada
Siklus Krebs ini adalah 6 NADH, 1 ATP, 2 FADH2, dan 4 CO2.
2.2
Pengendalian daur Tca
Pengaturan
Siklus Asam Sitrat / Siklus Krebs
Untuk
Pengaturan Siklus Asam Sitrat ditentukan
oleh :
A.
Tahap
Pertama:
1) Konsentrasi
Asetil KoA yang mengontrol kecepatan reaksi sintase sitrat
2) Oksaloasetat
yang memiliki konsentrasi amat rendah dan tergantung
pada
kondisi metabolik
3) Konsentrasi
suksinil KoA (jika meningkat) , sitrat , dan NADH(dalam beberapa sel ) juga
dapat menghambat sintase sitrat
B.
Tahap Kedua:
Kedua Jenis Isositrat dehidrogenase
yang berbeda diatur oleh rangsangan alosterik enzim yang berkaitan dengan NAD
oleh ADP
C.
Tahap Ketiga:
Suksinil KoA menghambat kerja enzim
kompleks α-ketoglutarat dehidrogenase. Jadi,
sedikitnya ada tiga tahap dalam siklus asam sitrat yang diatur, perinciannya
berbeda dari satu jenis sel ke sel yang lain.
2.3
TRANSPOR
ELEKTRON DAN FOSFORILASI OKSIDATIF
Proses konversi molekul FADH dan NADH yang dihasilkan dalam siklus asam
sitrat (citric
acid cycle) 2 menjadi
energi dikenal sebagai proses fosforilasi oksidatif (oxidative
phosphorylation) atau juga
Rantai Transpor Elektron (electron
transport chain). Di dalam
proses ini, elektron-elektron yang terkandung didalam molekul NADH & FADH
ini akan dipindahkan ke dalam aseptor utama yaitu oksigen (O ). Pada akhir
tahapan 2 2 proses ini, elektron yang terdapat di dalam molekul NADH akan mampu
untuk menghasilkan 3 buah molekul ATP sedangkan elektron yang terdapat dalam
molekul FADH akan menghasilkan 2 buah molekul ATP.
Rantai
transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi
terminal. Transpor elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam
mitokondria. Molekul yang berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan
FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif,
dan siklus Krebs. Selain
itu, molekul lain yang juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q
(Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Pertama-tama,
NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi
yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang
dihasilkan ketika NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar
untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q
dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron, koenzim Q juga
melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom
c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga
menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi
ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari
rantai transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah
atom oksigen, yang merupakan zat yang paling elektronegatif dalam rantai
tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron. Setelah menerima elektron
dari sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan
dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O).
Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk
dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi ATP. Jadi, secara
keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang menghasilkan ATP. Sejak
reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah
dihasilkan NADH dan FADH2 sebanyak 10 dan 2 molekul. Dalam transpor
elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan kedua molekul FADH2
tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.
Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP untuk setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasil glikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP untuk setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasil glikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
1.
Aliran
electron dari substrat ke oksigen merupakan sumber energi ATP
Pada setiap putaran siklus asam sitrat, empat pasang atom
hydrogen dipindahkan dari isositrat, α-ketoglutarat, suksinat, dan malat
melalui aktifitas dehidrogenase spesifik. Atom hydrogen ini, pada beberapa
tahap memberikan ellektron kepada rantai transport electron menjadi ion H+,
yang terlepas kedalam medium cair. Electron tersebut diangkut disepanjang
rantai molekul pembawa electron, sampai elktron-elektron ini mencapai sitokrom
α α3, atau oksidase sitokrom, yang menyebabkan perpindahan electron
ke oksigen, yakni molekul penerima electron terakhir pada organisme airobik.
Pada saat masing-masing otom oksigen menerima dua electron dari rantai tersebut,
dua atom H+, yang setara dengan dua H+ yang dilepaskan
sebelumnya dari dua atom hydrogen yang dipindahkan oleh dehidrogenase,
diambildarimedium cair untuk membebntuk H2O.
Selain keempat pasang hydrogen yang dihasilkan dari
siklus asam sitrat, atom hydrogen lain dating dari dehidrogenase yang bekerja
terhadsap pirupakt, asam lemak, dan asam amino selama degradasinya menjadi
asetil-KOA dan produk lain.sebenarnya semua atom hydrogen yang diturunkan
melalui aktifitas dehidrogenasi terhadap molekul bahan baker didalam sel
aerobic pada akhirnya memberikan electron kepada rantai respirasi yaitu lintas
terakhir bagi raksi-reaksipada umumnya yang membawa molekul sitrat menuju
oksigen yaitu penerima electron terakhir (terminal).
Rantai respirasi terdiridari serangkaian protein dengan
gugus prostetik yang terikat kuat dan mampu menerima dan memberikan electron.
Setiap anggota dapat menerima electron dari anggota sebelumnya dan memindahkan
electron ke molekulanggota berikutnya, dalam urutan reaksi yang spesipik.
Electron yang masuk dalam rantai transport electron kaya akan energi,
tetapipoada saat elektron tersebut melalui rantai menuju oksigen dengan cara
saetahap demi setahap, electron tersebut kehilangan kandungan energi bebasnya.
Bbanyak dari energi tersebut yang disimpan dalam bentuk ATP oleh mekanisme molekul pada membrane
mitokondria sebelah dalam. Pada saat masing-masing pasangan electron melalui
rantai respirasi dari NADH menuju oksigen , sintesistiga molekul ATP dari ADP
dan pospat berlangsung bersama-sama. Ketiga bagian rantai respirasi yang
memberikan energi untuk menghasilkan ATP melalui fosforilasi oksidatif disebut
sisi penyimpanan atau bagian penyimpanan energi.
2.
Transpor
electron dan fosforilasi oksidatif terjadi pada membran mitokondria sebelah
dalam
Pada sel eokariotik, hamper semua dehidrigenase spesipik
yang diperlukan pada oksidasi pirupat dan bahan babkar lain melalui siklus asam sitrat terletak pada bagian sebelah
dalam mitokondria yaitu matriks. Molekul perpindahan electron dari rantai repirasi
dan molekul enzim yang melakukan sintesa ATP dari ADP dan fosfat terbenam
didalam membrane sebelah dalam. Bahan baker siklus asam sitrat seperti pirupat
harus dipindahkan dari sitosol melalui membrane mitokondria kedalam bagian
matriks disebelah dalam sebagai tempat aktifitas dehidrogenase. Demikin pula
ADP yang terbentuk dari ATP selama aktifitas yang memerlukan energi didalam
sitosol harus dipindahkan ke dalam matriks mitokondria untuk mengikat fosfat
kembali menjadi ATP. ATP baru yang dibentuk harus dikembalikan ke sitosol.
System transport membran yang khusus pada membrane mitokondria sebelah dalam
tetapi juga masuknya fosfat dan ADP dan keluarnya ATP selama fosforilasi
oksidatif. Jadi membrane mitokondria sebelah dalam merupakan struktur kompleks
yang mengandung molekul pembawa electron, sejumlah enzim, dan beberapa system
transport membran.
3.
Reaksi
pemindahan electron merupakan reaksi oksidasi reduksi
Reaksi kimia yang melibtkan pemindahan electron dari satu
molekul ke molekul lain disebut reaksi oksidasi-reduksi. Molekul pemberi
electron pada reaksi tersebut disebut pereduksi
atau reduktor dan molekul penerima electron disebut pengoksidasi atau
oksidator. Senyawa pereduksi dan pengoksidasi berfungsi sebagai pasangan
reduktor-oksidator konjugat. Sama seperti asam dan basa yang berfungsi smpai
pasangan asam basa. Pada reaksi redok
kita dapat menuliskan persmaan umum serupa :
Pemberi electron e- + penerima electron
Suatu contoh
spesipik adalah reaksi
Fe2+ e- + Fe3+
Dengan ion fero (Fe2+)
sebagai pemberi electron dan ion feri (Fe3+)
sebagai penerima electron. Bersama-sama Fe2+ dan Fe3+
menyusun suatu pasangan redoks konjugat.
4.
Perubahan
energi bebas menyertai perpindahan elektron
Elektron bisanya tidak akan mengalir dari satu pasangan
redok ke pasangan redok yang lain kecuali terdapat suatu katalisator atau enzim
untuk mempercepat proses, akan tetapi katalisator tidak akan mengubah arah
aliran atau mempengaruhi kesetimbangan akhir yang tercapai. Pada keadaan ini,
electron akan cenderung pindah dari pasangan redok konjugat yang bersifat
relative lebih elektronegatif menuju penerima elktron yang lebih
elektropositif. Maka electron juga akan cenderung mengalir dari pasangan redok
sitokrom C menuju pasangan air oksigen.
Kecenderungan electron untuk mengalir dari system elektronegatif menuju
system elektropositif merupakan akibt terjadinya energi bebas karena electron
selalu cenderung bergerak kearah yang menurunkan energi bebas system pereaksi.
Semakin besar perbedaan potensial baku diantara dua pasangan redoks, semkin
besar kehilangan energi bebas pada saat electron pindah dari pasangan yang
bersifat elektronegati menuju pasangan yang bersifat elektropositif.
5.
Energi
transfor electron disimpn oleh fosforilasi oksidatif
Kita telah melihat adanyatiga bagian penyimpangan energi
pada rantai transport electron yang memberikan energi yang diperlukan untuk
membuat ATP dan ADP dan pospat didalam proses fosforilasi oksidatif pasangan
electron yang berasal dari NAD pengikat yang dehidrogenase melalui ketiga sisi
penyimpanan energi dan menghasilkan maksimum tiga ATP. Persamaan lengkap bagi
transfor electron yang melakukan fosforilasi dari NADH ke oksigen adalah :
NADH + H+ + ½ O2 + 3P1 + 3ADP NAD+
+ 3ATP + 4H2O
Akan tetapi
bilamana suksinat terhidrogenasi oleh suksinat dehidrogenasi yang mengikat
plafin hanya 2 ATP yang dibentuk bagi setiap pasangan electron yang mengalir ke
oksigen. Hal ini karena pasangan electron dari suksinat masuk pada ubikuinon
yakni pada titik setelah sisi 1.
Pasangan electron yang dihasilkan dari flapin pengikat
dehidrogenase seperti lemak asetil KOA dehidrogenase pada siklus oksidasi asam
lemak juga menghasilkan hanya 2 ATP. Fosforilasi oksidatif tidak terbatas pada
dehodrogenase siklus asam sitrat, tetapi terjadi selama transport electron yang
berasal dari semua dehidrogenase mitokondria yang mengkatalis katabolisme
karbohidrat, asam lemak, dan asam amino.
6. Bagaimana Energi Redoks dari transport electron
dipindahkan ke ATP sintetase
Sekarang kita
sampai pada pertanyaan utama: bagaimana rantai transport electron bekerja sama
dengan ATP sintetase untuk menghasilkan fosforisasi oksidatif ADP menjadi ATP?
Ini telah menjadi satu diantara problem yang paling sulit dan menantang dalam
penelitian biokimia dan sel. Walaupun sekarang kita mengetahui banyak tentang
pemanfaatan energy ATP di dalam reaksi biosintetik. Kita masih belum mengetahui
dengat tepat pada tingkat molekuler, bagaimana ATP dihasilkan selama
fosforilasi oksidatif. Salah satunya adalah bahwa enzim yang terlibat di dalam
transport electron dan fosforilasi oksidatif
amat kompleks dan enzim-enzim ini tertanam dalam membrane sebelah dalam
mitokondria. Ini menyulitkan penelitian terperinci mengenai interaksinya.
Terdapat tiga mekanisme berbeda yang telah dikemukakan bagi pemindahan energy
di antara transport electron dan sintesis ATP.
Ada
beberapahipotesis yang dikemukakan diantaranya sebagai berikut :
Ø Hipotesis
kaitan kimiawi mengemukakan bahwa transport elektron dikaitkan dengan sintesis
ATP oleh serangkaian reaksi berurutan. Diini senyawa antara kovalen berenergitinggi
dibentuk oleh transpor electron dan selanjutnya diuraikan dan memberikan energy
untuk membuat ATP.
Ø Hipotesis
kaitan konformasi mengemukakan bahwa pemindahan electron disepanjang rantai
respirasi menyebabkan suatu perubahan konfirmasi, komponen protein pada
membrane sebelah dalam, untuk menghasilkan bentuk berenergi tinggi. Perubahan
konformasi yang dihasilkan tersebut disampaikan kepada molekul F0 F1
ATP sehingga menyebabkan molekul ini berenergi.
Ø Hipotesis
kimia aswmotik yang dikemukakan oleh
ahli biokimia inggris peter mitchel, melibatkan prinsip-prinsip baru yang amat
berbeda. Teori ini menganggap bahwa transport electron memompa H+
dari matriks melalui membrane dalam mitokondria menuju fase cair di sebelah
luar. Jadi menghasilkan suatu gradient H+ disepanjang membrane
dalam. Energi osmotic yang terkandung didalam gradient ini dianggap menarik
sintesis ATP yang membutuhkan energi tersebut. Hipotesis ini nampaknya paling
dekat untuk menerangkan prinsi-prinsip pengaturan fosforilasi oksidatif.
Mungkin masalah yang paling banyak diperdebatkan adalah
cara bagaimana proses transport electron pada membrane dalam memompa H+
dari matriks mitokondria ke bagian luar. Mitchel telah mengemukakan suatu skema
yang cerdik. Beliau mengemuikakan bahwa protein pembawa hydrogen dan pembawa
electron secara bergantian membentuk tiga jalur ulang alik pada rantai
respirasi. Pada setiap jalur dua atoma H+ dibawa keluar melalui
membran dan dikeluarkan ke medium sebelah laur pasangan electron yang
bersangkutan lalu dibawa kembali dari permukaan sebelah luar ke permukaan
sebelah dalam. Setiap pasangan ekivalen pereduksi yang lewat melalui jalur
ulang alik ini membawa dua H+ dari matrik ke medium sebelah luar.
Setiap jalur ulang alik ini dipandang memberikan energi osmotic untuk membuat
satu molekul ATP.
7.
Energi
transfor electron bermanfaat bagi keperluan lain
Peranan utama tranfor electron pada mitokondria adalah
uantuk memberikan energi bagi sintesis ATP selama fosforilasi oksidatif. Tetapi
energi transfor electron dapat dipergunakan bagi keperluan biologi lainnya.
Sebagai contoh, energi ini dapat dipergunakan untuk menghasilkan panas. Bayi,
mamlia lainnya dilahirkan tanpa bulu (rambut), dan beberapa hewan yang hidup
diudara dingin dilengkapi dengan sejenis jaringan lemak khusus yang disebut
lemak coklat, pada lehernya dan bagian belakang atas. Fungsinya adalah untuk
menghasilkan panas dari oksidasi lemak. Lemak ini berwarna cokelat karena kaya
akan mitokondria, yang selanjutnya juga kaya akan sitokrom berwarna cokelat
kemerahan. Mitokondria khusus pada jaringan ini biasanya tidak membuat ATP. Sebaliknya mitokondria
mempergunakan energi bebas dari tranfor electron ini sebagai panas untuk
mempertahankan suhu tubuhS hewan kecil. Mitokondria lemak cokelat memiliki pori
H+ khusus pada membrane sebelah dalam yang membiarkan H+
dari luar dipompa oleh transfor electron untuk kembali kedalam mitokondria dan
bukan melalui F0F1 ATPase. Akibatnya energi bebas
transfor electron dialirkan dari ATP sintesis kepada panas yang dihasilkan.
8.
Pembuatan
ATP oleh fosforilasi oksidatif diatur oleh kebutuhan energi sel
Persamaan reaksi bagi oksidasi NADH oleh mitokondria memperlihatkan
bahwa fosfat dan ADP seperti juga oksigen diperlukan bagi berlangsungnya
transfor electron.
NADH + H+ + 3Pi + 3ADP + ½ O2
NAD+ + 3ATP + 4H2O
Pada
saat terjadinya transfor electron fosfat dan ADP akan dipindahkan dari sitosol
dan ATP akan bertumpuk. System ini akhirnya mencapai keadaan yang hamper semua
ADP akan berubah menjadi ATP oleh fosforilasi oksidatif. Walaupun konsentrasi
fosfat anorganik juga akan menjadi lebih rendah, fosfat biasanya berbeda pada
konsentrasi yang lebih tinggi didalam sel dibandingkan dengan ADP. Jadi bilaman
ADP didalam sitosol sudah amat terkuras, kecepatan konsumsi oksigen oleh
mitokondria harus menurun sampai sebagian kecil dari kecepatan maksimum.
Respirasi akan meningkat menjadi maksimum bilaman konsentrasi ADP didalam
sitosol meningkat. Ini akan terjadi bilaman kecepatan reaksi beberapa proses
yang memerlukan beberapa energi didalam sel meningkat jadi peningkatan
kecepatan penguraian ATP menjadi ADP membuat ADP lebih banyak tersedia untuk
difosforilasi selama transfor electron. Ketergantungan kecepatan konsumsi
oksigen pada konsentrasi ADP sebagai senyawa penerima fosfat disebut control
penerima pada resfirasi. Pada berbagai jaringan hewan dan manusia nisbah
control penerima resfirasi atau nisbah kecepatan maksimum konsumsi oksigen yang
induksi oleh ADP terhadap kecepatan istirahat sedikitnya 10. pada beberapa
orang control penerima mengalami kelainan mungkin karena kelainan genetic
sebagai akibatnya jaringan tubuh memperlihatkan kecepatan konsumsi oksigen yang
tinggi pada setiap saat.
Salah satu cara untuk menyatakan status energi sel
diberikan oleh nisbah aksi-massa system ATP yaitu nisbah :
[ATP]
[ADP][Pi]
Kita
telah melihat bahwa enzim-enzim penting pengatur glikolisis, siklus asam
sitrat, dan fosforilasi oksidatif bereaksi terhadap ATP dan ADP sebagai
modulator. ATP adalah modulator penghambat dan ADP umumnya merupakan perangsang
didalam katabolisme karbohidrat.
9.
Glokolisis,
siklus asam sitrat, dan fosforilasi oksidatif memiliki mekanisme pengaturan
yang saling melengkapi yang terencana
Pada metabolisme karbohidrat terdapat tiga tahap
penghasil energi: glikolisis, siklus asam sitrat, dan fosforilasi oksidatif.
Masing-masing demikian teratur oleh serangkaian kontrolnya sendiri sehingga
tahap ini berlangsung pada kecepatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sel
dari menit ke menit terhadap produk tahap tersebut. Ketiga tahap terkoordinasi
satu sama lain sehingga ketiganya berfungsi bersama-sama dengan cara ekonomis
dan dengan mengatur diri sendiri.
Integrasi ketiga tahap ini dimungkinkan oleh mekanisme
pengatur yang daling melengkapi. Kita melihat bahwa konsentrasi relative ATP
dan ADP mengontrol bukan hanya kecepatan transfor electron dan fosforilasi
oksidatif. Enzim-enzim pengatur glikolisis dan siklus asam sitrat juga
berfungsi secara terlaksana. Bilaman ATP yang dihasilkan oleh fosforilasi
oksidatif dan sitrat senyawa antara pertama dari siklus asam sitrat meningkat
lebih tinggi dari keadaan normalnya. ATP dan sitrat melakukan penghambatan alusetrik
secara terencana terhadap fosforuptokinase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar