KELOMPOK 2
ERMY HOTDELIA (RRA1C110005)
QUEEN TRI RESKI (RRA1C110019)
PRANANTA GIA TARIGAN (RRA1C110026)
SAFRIZAL (RRA1C110028)
FITRI WAHYUNING (RRA1C110029)
ALKALOID
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam
bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N
(Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik
atau aromatis
Klasifikasi alkaloida
1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang
merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka
alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida di bawah ini :
2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan.
Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan
pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas
beberapa jenis salah satu contohnya alkaloida tembakau seperti nikotin
3. . Sistem
klasifikasi berdasarkan Hegnauer
Pseudoalkaloid:
• Memiliki karakteristik seperti alkaloid tetapi tidak berasal dari asam
amino, misal alkaloid terpen (aconitin: akaloid diterpen) dan alkaloid dari
jalur metabolisme asetat (coniin), sifat kebasaan rendah
Protoalkaloid:
•
Amin sederhana dimana atom nitrogennya bukan merupakan bagian dari cincin
heterosiklik, bersifat basa dan berasal dari asam amino, misal meskalin.
Fakta mengenai
alkaloid:
Alkaloid sesungguhnya adalah racun,
senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa
terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ;
diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah
kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki
cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada
bersifat basa.
salah satu senyawa Alkaloid
Tembakau
mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin. Nikotin termasuk dalam
golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili Solanaceae. Nikotin dalam jumlah
banyak terdapat dalam tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat pada
tomat, kentang dan terung. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar
dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia
antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi
serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.
ISOLASI SENYAWA KAFEIN
Ekstraksi padat-cair: ekstraksi kafein dari teh
25 g daun teh kering dan
20 g natrium karbonat dimasukkan ke
dalam labu. Erlenmeyer 250 mL, kemudian tambahkan 225 mL air mendidih. Diamkan selama 7 menit, kemudian didekantasi ke dalam labu Erlenmeyer lain. Ke dalam daun teh ditambahkan 50 mL
air mendidih, kemudian ekstrak teh segera didekantasi dan digabungkan dengan ekstrak sebelumnya
Untuk mengekstrak sisa kafein
yang mungkin ada, air berisi daun teh dididihkan
selama
20 menit, kemudian ekstraknya didekantasi. Ekstrak teh didinginkan hingga suhu kamar,
kemudian, lakukan ekstraksi di dalam corong pisah dengan penambahan 30 mL diklorometana. Corong pisah dikocok secara perlahan selama 5 menit (supaya tidak terbentuk emulsi) dan sesekali keran corong pisah dibuka untuk mengurangi tekanan udara dalam corong. Ekstraksi diulang dengan penambahan 30 mL diklorometana ke dalam corong pisah. Ekstrak diklorometana dan
semua fraksi yang berwujud emulsi digabungkan di dalam labu Erlenmeyer 125 mL, kemudian
tambahkan kalsium klorida anhidrat ke dalam gabungan
ekstrak dan emulsi, sambil diaduk
dan digoyang selama 10 menit. Kemudian, ekstrak diklorometana disaring dengan penyaringan biasa. Erlenmeyer dan kertas saring dibilas dengan 5 mL diklorometana. Filtrat digabung dan lakukan distilasi menggunakan penangas air untuk menguapkan diklorometana. Produk yang terbentuk ditimbang dan dilakukan
rekristalisasi menggunakan 5 mL aseton panas, lalu
larutan ini dipindahkan dengan pipet ke
dalam labu Erlenmeyer kecil. Masih dalam
keadaan panas,
tambahkan ,n-heksana tetes demi tetes sampai
terbentuk kekeruhan. Dinginkan sampai mencapai
suhu kamar, kemudian kristal yang terbentuk disaring dengan penyaringan isap (vakum). Kristal dicuci dengan
beberapa tetes n-heksana. Kemudian dilakukan
pengujian titik leleh.
ISOLASI SENYAWA NIKOTIN DAN PENENTUAN NMR
Ekstraksi dan Identifikasi
Susanna,(2003), melakukan Pengukuran kadar nikotin dilakukan
dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi per batang rokok.
Wu, et al.,(1998) melakukan identifikasi nikotin dalam daun tembakau dengan
menggunakan supercritical fluid chromatography–ion mobility detector (SFC–IMD).
Nikotin diekstraksi dari daun tembakau 0.6784 g dengan menggunakan kloroform 10
ml dalam sonicator selama 2 jam, ekstrak disaring dengan PTFE filter
0.4-mm. dipisahkan dengan metode SFC dan penentuannya dengan metode IMD
menggunakan pembanding Nikotin murni (Sigma).
ISOLASI SENYAWA KAFEIN
Ekstraksi padat-cair: ekstraksi kafein dari teh
25 g daun teh kering dan
20 g natrium karbonat dimasukkan ke
dalam labu. Erlenmeyer 250 mL, kemudian tambahkan 225 mL air mendidih. Diamkan selama 7 menit, kemudian didekantasi ke dalam labu Erlenmeyer lain. Ke dalam daun teh ditambahkan 50 mL
air mendidih, kemudian ekstrak teh segera didekantasi dan digabungkan dengan ekstrak sebelumnya
Untuk mengekstrak sisa kafein
yang mungkin ada, air berisi daun teh dididihkan
selama
20 menit, kemudian ekstraknya didekantasi. Ekstrak teh didinginkan hingga suhu kamar,
kemudian, lakukan ekstraksi di dalam corong pisah dengan penambahan 30 mL diklorometana. Corong pisah dikocok secara perlahan selama 5 menit (supaya tidak terbentuk emulsi) dan sesekali keran corong pisah dibuka untuk mengurangi tekanan udara dalam corong. Ekstraksi diulang dengan penambahan 30 mL diklorometana ke dalam corong pisah. Ekstrak diklorometana dan
semua fraksi yang berwujud emulsi digabungkan di dalam labu Erlenmeyer 125 mL, kemudian
tambahkan kalsium klorida anhidrat ke dalam gabungan
ekstrak dan emulsi, sambil diaduk
dan digoyang selama 10 menit. Kemudian, ekstrak diklorometana disaring dengan penyaringan biasa. Erlenmeyer dan kertas saring dibilas dengan 5 mL diklorometana. Filtrat digabung dan lakukan distilasi menggunakan penangas air untuk menguapkan diklorometana. Produk yang terbentuk ditimbang dan dilakukan
rekristalisasi menggunakan 5 mL aseton panas, lalu
larutan ini dipindahkan dengan pipet ke
dalam labu Erlenmeyer kecil. Masih dalam
keadaan panas,
tambahkan ,n-heksana tetes demi tetes sampai
terbentuk kekeruhan. Dinginkan sampai mencapai
suhu kamar, kemudian kristal yang terbentuk disaring dengan penyaringan isap (vakum). Kristal dicuci dengan
beberapa tetes n-heksana. Kemudian dilakukan
pengujian titik leleh.
ISOLASI SENYAWA NIKOTIN DAN PENENTUAN NMR
Ekstraksi dan Identifikasi
Susanna,(2003), melakukan Pengukuran kadar nikotin dilakukan
dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi per batang rokok.
Wu, et al.,(1998) melakukan identifikasi nikotin dalam daun tembakau dengan
menggunakan supercritical fluid chromatography–ion mobility detector (SFC–IMD).
Nikotin diekstraksi dari daun tembakau 0.6784 g dengan menggunakan kloroform 10
ml dalam sonicator selama 2 jam, ekstrak disaring dengan PTFE filter
0.4-mm. dipisahkan dengan metode SFC dan penentuannya dengan metode IMD
menggunakan pembanding Nikotin murni (Sigma).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar