RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SMA NEGERI KOTA JAMBI
Mata
Pelajaran : Kimia
Materi
Pokok :
Pembuatan Koloid
Kelas
Semester : XI / II
Pertemuan
: ( 2
x 45 Menit )
I. Standar Kompetensi
5.1. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
II. Kompetensi
Dasar
5.2. Membuat berbagai sistem koloid
dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya.
III. Indikator
Menjelaskan proses pembuatan koloid
IV. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat mengidentifikasikan pembuatan koloid berdasarkan cara kondensasi
- Siswa dapat mengidentifikasi pembuatan koloid berdasarkan cara dispersi
- Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan koloid secara kondensasi
- Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan koloid secara dispersi
V. Materi Pokok / Uraian
KOLOID
Merupakan suatu
campuran brfase dua yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi dengan ukuran
partikel terdispersi berkisar antara 1 nm sampai dengan 100 nm.
Berdasarkan ukuran
partikel dari fasa terdispersi yang spesifik dan
medium pendispersi yang beragam, maka koloid memiliki beberapa sifat utama yaitu :
1.
Sistem koloid menunjukan
adanya gerak Brown yaitu pergerakan yang tidak teratur (zig-zag) dari
partikel- partikel koloid, gerakan diamati oleh Robert Brown. Gerakan ini terjadi secara terus menerus akibat
dari tumbukan yang tidak seimbang antara medium koloid dengan partikel
koloid. Gerak Brown dapat menstabilkan sistem koloid atau mencegah terjadinya
pengendapan. Gerakan ini hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop
2. Efek Tyndall merupakan penghamburan cahaya oleh
partikel- partikel yang terdapat dalam sistem koloid sehingga berkas cahaya
dapat dilihat jelas walaupun partikelnya tidak tampak dan efek ini diamati oleh
John Tyndall. Dalam kehidupan sehari - hari efek
Tyndal dapat diamati pada langit yang berwarna biru di siang hari karena adanya pantulan
cahaya dari partikel koloid diudara.
PEMBUATAN
KOLOID
Pada
prinsipnya pembuatan koloid adalah mengubah partikel-partikel berukuran ion,
atom, atau molekul menjadi partikel-partikel koloid atau mengubah partikel
besar menjadi koloid. Untuk memperoleh suatu sistem koloid dapat dilakukan
dengan cara kondensasi dan dispersi.
1. Cara Kondensasi
Cara kondensasi yaitu dengan mengubah
partikel-partikel yang lebih kecil menjadi partikel yang lebih besar yaitu
partikel koloid. Hal yang harus diperhatikan pada pengerjaan cara kondensasi
adalah menjaga ukuran partikel koloid, karena partikel yang terlalu besar akan
mengendap. Untuk menghindari penggumpalan selama kondensasi berlangsung maka
selama kondensasi dimulai, larutan sudah harus lewat jenuh dan bibit-bibit
kondensasi harus sudah terbentuk. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi
kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan reaksi pengendapan dan pergantian
pelarut.
a. Reaksi
Redoks
Reaksi redoks adalah
reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh 1(reaksi oksidasi):
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara
hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2),
yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq)
→ 2H2O(l) + 3S (koloid)
Contoh 2 (Reaksi reduksi)
Sol dari logam dari Pt, Ag, dan Au dapat dibuat dengan
cara mereaksikan
larutan logam dengan zat pereduksi misalnya FeSO4
dan formaldehida.
Contoh : 2 AuCl3
+ 3SnCl2 → 3SnCl4 + 2Au
Pada reaksi tersebut ion Au3+ direduksi
menjadi Au (logam). Au padat adalah partikel fase dispersi yang terbentuk dan
menyusun sol emas. Warna sol emas yang terbentuk bisa bermacam-macam tergantung
kepada besarnya partikel Au, umumnya berwarna biru sampai merah delima.
b. Hidrolisis
Hidrolisis adalah
reaksi suatu zat dengan air. Cara reaksi hidrolisis dapat dipakai untuk membuat
koloid basa logam seperti Al, Fe, dan Cr, karena basa logam tersebut berbentuk
koloid.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari
hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan
FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq) +
3 H2O(l) → Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)
Sol Fe(OH)3 yang terbentuk dapat
tahan lama dan partikelnya bermuatan positif
karena mengadsorpsi ion H+.
c. Reaksi
Pengendapatan
Contoh 1:
Sol As2S3 dapat dibuat
dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
2 H3AsO3(aq)
+ 3 H2S(aq) → As2S3(koloid) +
6 H2O(l)
Contoh 2:
Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan
larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl encer.
AgNO3(aq) +
HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq)
d. Penggantian
Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia seperti di
atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian pelarut. Cara kondensasi
ini dilakukan untuk menurunkan kelarutan suatu zat terlarut.
Contoh:
1) Belerang larut dalam etanol
tapi tidak larut dalam air. Bila larutan jenuh belerang dalam etanol dituangkan
dalam air, maka akan terbentuk sol belerang. Hal ini terjadi akibat menurunnya
kelarutan belerang di dalam campuran tersebut
2) Indikator fenolftalein larut
dalam etanol tetapi tidak larut dalam air. Bila air ditambahkan ke dalam
larutan fenolftalein dalam etanol terbentuk cairan seperti susu.
2. Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi yaitu
dengan memecah molekul besar menjadi molekul-molekul lebih kecil yang sesuai
dengan ukuran partikel koloid.
a. Cara Mekanik
Dengan cara mekanik, partikel kasar dipecah
sampai halus. Dalam laboratorium kimia pemecahan partikel ini dilakukan dengan
menggunakan lumping dan alu kecil., sedangkan dalam industri digunakan mesin
penggiling koloid. Zat yang sudah halus dimasukkan ke dalam cairan sampai
terbentuk suatu sistem koloid.
Contoh:
Sol belerang dapat dibuat dengan
menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir),
kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
b. Cara Peptisasi
Cara ini dilakukan dengan menambahkan
ion sejenis pada suatu endapan, sehingga endapannya terpecah menjadi
partikel-partikel koloid. Cara ini biasa digunakan untuk membuat sol liofil.
Contoh 1:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa
oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S
dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
Contoh 2:
Endapan AgI dapat dipeptisasi dengan menambahkan larutan elektrolit dari ion
sejenis, misalnya kalium iodida (KI) atau perak nitrat (AgNO3)
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat
sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode
yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di
antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air,
lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel
koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.
Contoh: Pembuatan sol emas dan sol
platina.
VI. Proses pembelajaran
Metode
: Tanya jawab, dan diskusi.
Model
: Everyone is a Teacher Here.
Media : Power point,Buku SMA dan media Peraga berupa kartu Indeks
VII. Sumber
Pembelajaran
1.Michael Purba, kimia SMA untuk
kelas XI : Erlangga
2.Johari dan Rachmawati, Kimia SMA
dan MA untuk kelas XI: Esis
VIII.
Kegiatan Pembelajaran
No
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Alokasi Waktu (menit)
|
Aspek Life skill yang dikembangkan
|
1
|
Pendahuluan
Guru mereview materi sebelumnya
yaitu mengenai sifat-sifat koloid.
Memberikan pandangan tentang
pembuatan koloid.
|
10
|
Siswa menyimak dan memahami tujuan pembelajaran
Siswa
mampu Menjawab pertanyaan apersepsi dari guru
Siswa Menyimak dan memperhatikan serta
Mengikuti ajakan guru untuk memulai pelajaran
|
2
|
Kegiatan Inti
A. Eksplorasi
B.
Elaborasi
C.
Konfirmasi.
|
70
|
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan timbul rasa
ingin tahu siswa serta menyiapkan perangkat pembelajaran
Siswa mampu memahami pembuatan koloid secara
kondensasi
Siswa mampu memahami pembuatan koloid secara
dispersi
Siswa duduk berkelompok
dengan rasa penuh tanggung jawab,toleransi dan jujur
Siswa mampu mengerjakan tugas yang
di berikan oleh guru
Siswa mampu
berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok tentang jawaban yang paling
tepat. Serta Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dari
tugas itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
Siswa
mampu menjelaskan jawaban nya di depan kelas
siswa mampu menanggapi jawaban dari kelompok yang mengungkapkan jawabanya tadi.
Siswa menyimak
dan menerima kesalahan dengan lapang dada
Siswa memberi Tepuk
tangan kepada teman yang mengerjakan soal dengan benar
|
3
|
Penutup
Guru mengarahkan siswa
menyimpulkan pelajaran
|
10
|
siswa mampu menyimpulkan materi
yang telah di diskusikan hari ini.
|
IX. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes
Tertulis
Bentuk Penilaian : Tes
Objektif
Lembar observasi bentuk skala penilaian (rating scale)
kemampuan berinteraksi dalam kegiatan diskusi kelompok
No
|
Aspek yang diukur
|
Skala
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Sikap siswa dalam menerima pendapat.
|
||||
2
|
Kemauan untuk membantu teman yang
lain yang mengalami kesulitan dalam mengemukakan pendapat
|
||||
3
|
Kesabaran
untuk mendengarkan usul teman.
|
||||
4
|
Kesopanan dalam memberikan
kritikan kepada siswa lain.
|
||||
5
|
Sikap siswa dalam menerima kritikan.
|
Keterangan:
Aspek 1:
1 = jika sama sekali tidak mau
menerima pendapat teman, meskipun pendapat tersebut benar
2 = jika mau menerima pendapat
teman, meskipun dengan berat hati atau menunjukkan
sikap tidak senang atau lebih banyak mempertahankan pendapatnya
3 = jika mau mendengarkan
pendapat teman, meskipun sedikit kurang senang atau setelah
teman yang lain juga menyatakan bahwa pendapat yang disampaikan benar
4 = jika rela menyatakan atau
mau menerima atau mengharap orang lain memberikan pendapat
Aspek 2:
1 = jika sama sekali tidak mau
menerima kritikan teman, meskipun kritikan yang diberikan memang benar
2 = mau menerima kritikan teman
tetapi menunjukan sikap tidak senang atau lebih banyak mempertahankan
pendapatnya
3 = jika mau menerima
kritikan teman, meskipun sedikit kurang senang atau setelah
teman yang lain juga menyatakan bahwa pendapat yang disampaikan benar
4 = jika rela mau menerima atau
mengharap orang lain memberikan masukan
Aspek 3
1 = jika tidak
pernah/tidak mau mendengarkan pembicaraan orang lain
2 = jika mau memberikan kritikan
dengan kalimat yang sedikit masih berkesan menyalahkan
3 =jika mau mendengarkan
pendapat orang lain, dengan meminta agar yang disampaikan harus
jelas fokusnya
4 = jika mau meminta kesempatan berpendapat dan
rela jika pendapatnya tidak diterima
Aspek 4:
1 = jika
dirinyapun tidak pernah memberi pendapat
2 = jika mau
memberikan bantuan/kesempatan kepada teman untuk menyampaikan
pendapat tetapi setelah diingatkan teman lain/guru
3 = jika mau
membantu/memberi kesempatan kepada teman untuk menyampaikan
pendapat tetapi dengan kalimat yang bernada menyalahkan
4 = jika rela membantu,
mendorong atau memberikan kesempatan teman untuk berpndapat
Aspek 5:
1 = jika selalu
berupaya memotong pembicaraan teman
2 = jika
sesekali masih berupaya memotong pembicaraan teman
3 = jika
mau mendengarkan pembicaraan (informasi,
pertanyaan, argumentasi), meskipun kurang serius dalam mendengarkan
4 = jika
mau mendengarkan pembicaraan (informasi, pertanyaan,
argumentasi) sampai teman yang menyampaikannya selesai berbicara
Jika kemudian
lembar observasi ini dilakukan oleh siswa sesama anggota kelompok, akan dapat
diubah menjadi lembar penilaian antar teman (peer assessment) dalam format
sebagai berikut.
C. Format Penilaian Minat
Contoh pengembangan instrumen
pengukuran minat terhadap Sains menggunakan skala Likert sebagai berikut.
1. Dibuat definisi tentang minat
2.
Dijabarkan apa
saja dimensi minat. (bila lebih dari satu dimensi)
3.
Apa saja
indikator dari tiap dimensi minat
4.
Disusun
pernyataan yang akan dimintakan jawabannya dari siswa
5.
Dibuat pilihan
jawaban, dengan skala :
TP = tidak pernah
JR = jarang
KD = kadang-kadang
SR
= sering
SL
= selalu.
Contoh
langkah pengembangan indikator dan penyiapan pernyataan/pertanyaan untuk
mengukur minat adalah sebagai berikut.
VARIABEL
|
DIMENSI
|
INDIKATOR
|
PERNYATAAN
|
PILIHAN
|
||||
TP
|
JR
|
KD
|
SR
|
SL
|
||||
Minat terhadap kimia diekspresikan sebagai
perhatian yang lebih terhadap kimia yang diekspresikan baik secara verbal maupun
nonverbal
|
Verbal
|
Informasi
|
Saya menginformasikan hal-hal yang
berkait dengan kimia
kepada teman-teman jika ada kesempatan
|
|||||
Bertanya
|
Saya menanyakan kepada guru kimia hal-hal yang berkait dengan
mata pelajaran tersebut
|
|||||||
Bercerita
|
Saya senang menceritakan tentang pelajaran kimia dengan
teman saya
|
|||||||
Diskusi
|
Saya berdiskusi jika ada yang kurang dimengerti.
|
|||||||
Berdebat
|
Saya berdebat jika pendapat saya disangga
|
|||||||
Nonverbal
|
Membaca
|
Saya menyempatkan diri membaca
artikel/karangan di majalah/surat kabar yang berkait dengan kimia
|
||||||
Mendengar
|
Saya mendengarkan informasi
di radio hal-hal tentang kimia
|
|||||||
Menonton
|
Saya menonton tayangan khusus yang
berkait dengan kimia seperti
melihat video di youtobe
|
|||||||
Hadir di kelas
|
Saya hadir dalam pelajaran kimia
|
|||||||
Mengamati
|
Saya mengamati reaksi yang terjadi pada saat praktikum
|
|||||||
Berkunjung
|
Saya berkunjung kerumah guru kimia saya
|
|||||||
Berimajinasi
|
Saya berimajinasi melakukan
penelitian
|
|||||||
Bercita-cita
|
Saya bercita-cita ingin menjadi guru kimia yang professional
|
|||||||
Bekerja
|
Bila ada kesempatan, saya memilih
bekerja dalam bidang pekerjaan yang sesuai dengan bidang sains meskipun
gajinya relatif lebih rendah
|
|||||||
SEMOGA BERMANFAAT................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar