Antioksidan merupakan salah satu senyawa yang dapat menginaktifkan radikal bebas, molekul tidak stabil yang dihasilkan oleh berbagai jenis proses kimia normal tubuh atau oleh radiasi matahari, asap rokok dan pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya. Dewasa ini penambahan antioksidan sintetik pada berbagai produk kosmetik, farmasi maupun makanan merupakan cara paling efektif untuk mencegah oksidasi lemak pada produk, tetapi penggunaan antioksidan sintetik oleh masyarakat semakin berkurang, karena beberapa penelitian membuktikan adanya efek toksik dan karsinogenik pada tubuh manusia (Osawa et al., 1992).
Antioksidan yang memberi efek negatif umumnya adalah butyated hidroxy anisole (BHA), butyated hidroxy toluene (BHT) dan propyle galate (PG) sehingga dilakukan usaha untuk mencari antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan yang dianggap lebih baik dari antioksidan sintetik, khususnya apabila ditinjau dari segi kesehatan. Antioksidan alami terdapat dalam bagian daun, buah, akar, batang dan biji dari tumbuh-tumbuhan obat. Bagian tersebut umumnya mengandung senyawa fenol dan polifenol (Pratt,1992). Polifenol dan turunannya telah lama dikenal memiliki aktivitas antibakteri, antimelanogenesis, antioksidan dan antimutagen ( Ahn et al., 1991; Ioku et al., 1992; Funayama et al., 1994). Sebagai antioksidan polifenol berperan sebagai penangkap radikal bebas penyebab peroksidasi lipid yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan makanan, selain itu menurut Sulistyo dkk. (1998) senyawa antioksidan berfungsi mencegah kerusakan sel dan DNA akibat adanya senyawa radikal bebas.
Senyawa flavonoid yang merupakan salah satu golongan dari polifenol sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dan masih digunakan secara terbatas. Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya, dan perubahan kimia.
Sintesis senyawa flavonoid-α-glikosida secara kimia, selain tidak ekonomis juga tidak mudah karena akan menghasilkan produk campuran dengan konfigurasi α dan β-glikosida (Funayama et al.,1994). Sebaliknya sintesis senyawa glikosida melalui pemanfaatan reaksi transfer enzimatik dewasa ini telah menarik perhatian para ilmuwan (Kuriyawa et al., 1995). Oleh karena itu, sintesis flavonoid-α-glikosida melalui reaksi transfer enzimatik menjadi pilihan untuk memperoleh senyawa yang relatif stabil dan memiliki kelarutan tinggi, Sulistyo et al. (1998) mempublikasikan bahwa enzim CGT-ase dapat dimanfaatkan dalam reaksi transglikosilasi dengan memakai senyawa flavonoid sebagai akseptor. Tujuan penelitian ini adalah untuk men-
2 BIODIVERSITAS Vol. 9, No. 1, Januari 2008, hal. 1-4
sintesis senyawa flavonoid-α-glikosida secara enzimatik menggunakan CGT-ase dari Aspergillus oryzae serta menguji aktivitas produk hasil reaksi transfer, sebagai antioksidan alternatif.
Senyawa flavonoid yang merupakan salah satu golongan dari polifenol sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dan masih digunakan secara terbatas. Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya, dan perubahan kimia.
Sintesis senyawa flavonoid-α-glikosida secara kimia, selain tidak ekonomis juga tidak mudah karena akan menghasilkan produk campuran dengan konfigurasi α dan β-glikosida (Funayama et al.,1994). Sebaliknya sintesis senyawa glikosida melalui pemanfaatan reaksi transfer enzimatik dewasa ini telah menarik perhatian para ilmuwan (Kuriyawa et al., 1995). Oleh karena itu, sintesis flavonoid-α-glikosida melalui reaksi transfer enzimatik menjadi pilihan untuk memperoleh senyawa yang relatif stabil dan memiliki kelarutan tinggi, Sulistyo et al. (1998) mempublikasikan bahwa enzim CGT-ase dapat dimanfaatkan dalam reaksi transglikosilasi dengan memakai senyawa flavonoid sebagai akseptor. Tujuan penelitian ini adalah untuk men-
2 BIODIVERSITAS Vol. 9, No. 1, Januari 2008, hal. 1-4
sintesis senyawa flavonoid-α-glikosida secara enzimatik menggunakan CGT-ase dari Aspergillus oryzae serta menguji aktivitas produk hasil reaksi transfer, sebagai antioksidan alternatif.
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0901/D090101.pdf
Senyawa flavonoid yang merupakan salah satu golongan dari polifenol sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dan masih digunakan secara terbatas. Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya, dan perubahan kimia.
BalasHapusyang menjadi permasalah bagi saya : mengapa senyawa flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya, dan perubahan kimia, dan bagaimana meningkatkan kestabilan senyawa flavonoid tersebut......????????
Salah satu cara meningkatkan kelarutan dan kestabilan senyawa flavonoid ialah dengan mengubah senyawa tersebut menjadi bentuk glikosida yaitu flavonoid-glikosida (flavonoid dengan gula terikat) melalui reaksi transglikosilasi, baik secara kimiawi maupun secara enzimatis dengan bantuan enzim transferase (CG-Tase) (Kometani et al 1996).
BalasHapushttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:ECnf9IvTTzUJ:repository.unand.ac.id/1804/1/Ringkasan_Novizar.doc+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgQTh2kKXA_a97_7bEaQtfa_kJgSeEPWIeq0jMG3n9StOTxFA98mzAULCONCUGFR447H9XTn4RocG834-quWYnDy7Q3BO6YUUSHs02ht3Rzy5YWZ_og2viWb061kmvNZHka&sig=AHIEtbTpHCFdRF55pohToQprHfC7SRin1g
Senyawa flavonoid yang merupakan salah satu golongan dari polifenol sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dan masih digunakan secara terbatas. Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya, dan perubahan kimia, sehingga apabila teroksidasi strukturnya akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan menurun bahkan hilang dan kelarutannya rendah. Kestabilan dan kelarutan dapat ditingkatkan dengan cara mengubah senyawa flavonoid menjadi bentuk glikosida melalui reaksi kimia maupun enzimatik dengan bantuan enzim transferase (Kometami et al., 1990).
BalasHapusSintesis senyawa flavonoid-α-glikosida secara kimia, selain tidak ekonomis juga tidak mudah karena akan menghasilkan produk campuran dengan konfigurasi α dan β-glikosida (Funayama et al.,1994). Sebaliknya sintesis senyawa glikosida melalui pemanfaatan reaksi transfer enzimatik dewasa ini telah menarik perhatian para ilmuwan (Kuriyawa et al., 1995). Oleh karena itu, sintesis flavonoid-α-glikosida melalui reaksi transfer enzimatik menjadi pilihan untuk memperoleh senyawa yang relatif stabil dan memiliki kelarutan tinggi, Sulistyo et al. (1998) mempublikasikan bahwa enzim CGT-ase dapat dimanfaatkan dalam reaksi transglikosilasi dengan memakai senyawa flavonoid sebagai akseptor.
biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0901/D090101.pdf
senyawa flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya, dan perubahan kimia, sehingga apabila teroksidasi strukturnya akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan menurun bahkan hilang dan kelarutannya rendah. Kestabilan dan kelarutan dapat ditingkatkan dengan cara mengubah senyawa flavonoid menjadi bentuk glikosida melalui reaksi kimia maupun enzimatik dengan bantuan enzim transferase (Kometami et al., 1990).
BalasHapusbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0901/D090101.pdf
Salah satu cara meningkatkan kelarutan dan kestabilan senyawa flavonoid ialah dengan mengubah senyawa tersebut menjadi bentuk glikosida yaitu flavonoid-glikosida (flavonoid dengan gula terikat) melalui reaksi transglikosilasi, baik secara kimiawi maupun secara enzimatis dengan bantuan enzim transferase (CG-Tase) (Kometani et al 1996).
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F1804%2F1%2FRingkasan_Novizar.doc&ei=mZd1UMW6E8nYrQf7l4HADg&usg=AFQjCNHrlaPSQO3o3GacDpfPtMe_g0fazw&sig2=1Ioq3bJdCHRsehuMeSH_nw
karena apabila teroksidasi strukturnya akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan menurun bahkan hilang dan kelarutannya rendah. Kestabilan dan kelarutan dapat ditingkatkan dengan cara mengubah senyawa flavonoid menjadi bentuk glikosida melalui reaksi kimia maupun enzimatik dengan bantuan enzim transferase
BalasHapus