TUGAS
AKHIR KIMIA KOLOID
PENJERNIHAN
AIR DENGAN MENGGUNAKAN ARANG AKTIF SEBAGAI ADSORBEN
Disusun
oleh:
Nama :
Queen Tri Reski
Nim :
RRA1C110019
Prodi : Kimia Mandiri 2010
Dosen : Dr.Nazarudin,M.Si
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
KATA PENGANTAR
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
-
Bapak Dr. Nazarudin, M. Si., Ph.D selaku
dosen mata kuliah Kimia Koloid dan Antar Muka
yang telah membimbing penulis,
-
Teman-teman kelas pendidikan kimia yang juga membantu,
-
Dan orang tua yang telah memberikan
dukungan moril dan materil.
Penulis menyadari terdapat beberapa kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mohon maaf karena masih dalam proses
pembelajaran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jambi, 5 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG……………………………………………………… 1
1.2. RUMUSAN
MASALAH…………………………………………………… 2
1.3. TUJUAN…………………………………………………………………… 2
1.4. BATASAN
MASALAH………………………………………………….. 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Koloid…………………………………………………………… 3
2.2. Pengertian
Adsorpsi…………………………………………………………. 4
BAB III Metodologi
penelitian
3.1. Proses Pembuatan Arang
aktif……………………………………………… 5
BAB
IV PEMBAHASAN
4.1 pengertian koloid……………………………………………………………. 7
4.2. pengertian
adsorpsi………………………………………………………….. 7
4.3 Adsorben…………………………………………………………………….. 8
BAB
V PENUTUP
5.1
Kesimpulan ………………………………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG
Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.dimana
Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen
dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil.
Contoh nya, Jika
kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu
"larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh.
Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan
dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran
ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata
masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air.
Campuran seperti inilah yang disebut koloid.
Dan Jika
kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan
air secara heterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang
keadaannya pasir akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan
penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan.
Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana
yang air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.
Jadi, koloid
dapat digolongkan sebahagai campuran
heterogen (dua fase) dan setabil. Dimana Zat yang didipersikan disebut fase
terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan zat
disebut medium dispersi. Fase terdispersi umumnya bersifat diskontinu
(terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada
campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak, sedangkan medium
dispersinya adalah air.
1.1 Rumusan Masalah
Ø Apa
itu koloid?
Ø Apa
yang dimaksud dengan Adsorpsi ?
Ø Bagaimana
Proses Penjernihan Air menggunakan Arang aktif sebagai Adsorben ?
Ø
1.2 Tujuan Penulisan
Ø Dapat
mengetahui apa itu koloid
Ø Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan adsorpsi
Ø Untuk
mengetahui Bagaimana Proses Penjernihan Air menggunakan Arang aktif sebagai
Adsorben
1.2.Batasan
Masalah
Batasan Masalah
disini hanya membahasa mengenai pengertian koloid, adsorpsi dan Proses
Penjernihan Air menggunakan Arang aktif sebagai Adsorben
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Koloid
Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.dimana
Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen
dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid juga merupakan
sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu
media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer
(nm) hingga satu mikrometer (µm).
Contoh nya, Jika
kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu
"larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh.
Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan
dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran
ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata
masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air.
Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Dan Jika kita
campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan air
secara heterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang keadaannya
pasir akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan penyaringan
biasa, bahkan dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan. Secara
makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang air
dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.
Jadi, koloid
dapat digolongkan sebahagai campuran
heterogen (dua fase) dan setabil. Dimana Zat yang didipersikan disebut fase
terdispersi,
sedangkan
medium yang digunakan untuk mendispersikan zat disebut medium dispersi.
Fase
terdispersi umumnya bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan
medium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase
terdispersi adalah lemak, sedangkan medium dispersinya adalah air.
(Atkins, P.W. 1990)
2.2. Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi merupakan
peristiwa penyerapan spesi ( muatan listrik atau ion dan molekul netral
) oleh permukaan partikel koloid. Peristiwa ini umumnya terjadi karena adanya
gaya tarik molekul, atom atau ion pada permukaan adsorben ( koloid ). Kemampuan
menarik / menyerap ini disebabkan karena terdapatnya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi,
sehingga jika ada partikel / spesi yang menempel akan cenderung dipertahankan
pada permukaannya.
Dimana
spesi yang diserap disebut fase terserap, sedangkan spesi yang menyerap
disebut adsorben. Jadi, Jika partikel koloid ( awalnya netral )
mengadsorpsi ion yang bermuatan positif ( kation ), maka koloid tersebut
akan menjadi bermuatan positif juga, dan sebaliknya. Adanya peristiwa ini
menyebabkan partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Jika
permukaan koloid bermuatan positif, maka spesi yang diserap harus bermuatan
negatif, dan sebaliknya.
( Syabatini, A., 2009 )
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Disini
saya mengambil sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh para pakar kimia
mengenai penjernihan air dengan menggunakan arang aktif sebagai adsorben
3.1. Pembuatan Arang
Aktif
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pengertian Koloid
Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.dimana
Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen
dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid juga
merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam
suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu
nanometer (nm) hingga satu mikrometer (µm). Partikel-partikel koloid bermuatan listrik, ada yang positif dan ada yang
negatif.
Adanya
muatan listrik pada partikel-partikel koloid tersebut dapat dijelaskan dengan
beberapa peristiwa yaitu Salah satu nya
yaitu Adsorpsi. Dimana disini saya mengambil contoh adsorpsi dalam kehidupan
sehari-hari yaitu “ Pemurnian air dengan menggunakan arang aktif sebagai
Adsorben“
4.2. Adsorpsi
Adsorpsi
merupakan peristiwa penyerapan spesi (
muatan listrik atau ion dan molekul netral ) oleh permukaan partikel koloid.
Peristiwa ini umumnya terjadi karena adanya gaya tarik molekul, atom atau ion
pada permukaan adsorben ( koloid ). Kemampuan menarik / menyerap ini disebabkan
karena terdapatnya tegangan permukaan
koloid yang cukup tinggi, sehingga jika ada partikel / spesi yang menempel akan
cenderung dipertahankan pada permukaannya.
Dimana
spesi yang diserap disebut fase terserap, sedangkan spesi yang menyerap
disebut adsorben. Jadi, Jika partikel koloid ( awalnya netral )
mengadsorpsi ion yang bermuatan positif ( kation ), maka koloid tersebut
akan menjadi bermuatan positif juga, dan sebaliknya. Adanya peristiwa ini
menyebabkan partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Jika permukaan koloid bermuatan positif, maka spesi
yang diserap harus bermuatan negatif, dan sebaliknya.
4.3. Adsorben
Adsorben merupakan
zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik berupa cairan
maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, yang
hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi,
harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben
yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang.
Karbon aktif yang merupakan contoh dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan
cara membakar tempurung kelapa atau kayu dengan persediaan udara (oksigen) yang
terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena
terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk
menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang
diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh
zat padat.
Beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu :
4.3.1. Karbon
aktif/ arang aktif/ norit
Sejak perang dunia pertama arang aktif produksi dari peruraian
kayu sudah dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang afektif dan mudah
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. sehingga banyak dipakai sebagai adsorben
pada topeng gas Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing
berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus
melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian
mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair
maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat
non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin
kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar.
Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Diman Untuk
meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah
dihaluskan terlebih dahulu. Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi
zat-zat organik. Komposisi arang aktif terdiri dari silika (SiO2), karbon,
kadar air dan kadar debu. Dimana Unsur silika merupakan kadar bahan yang keras
dan tidak mudah larut dalam air, maka khususnya silika yang bersifat sebagai
pembersih partikel yang terkandung dalam air keruh dapat dibersihkan sehingga
diperoleh air yang jernih.
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan,
limbah maupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif
yaitu dibuat melalui proses pembakaran secara karbonisasi (aktifasi) dari semua
bahan yang mengandung unsur karbon dalam tempat tertutup dan dioksidasi/
diaktifkan dengan udara atau uap untuk menghilangkan hidrokarbon yang akan
menghalangi/ mengganggu penyerapan zat organik Bahan tersebut antar lain
tulang, kayu lunak maupun keras, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, ampas
penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, dan batubara.
4.3.2. Pembuatan
arang aktif
Secara umum dan sangat sederhana, proses pembuatan arang
aktif terdiri dari 3 tahap, diantara nya
:
Pertama : Dehidrasi : proses penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan
sampai temperatur 170°C.
Kedua : Karbonisasi : pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu
diatas 170°C akan menghasilkan CO dan CO2. Pada suhu 275°C,
dekomposisi menghasilkan “tar”, methanol dan hasil samping lainnya. Pembentukan
karbon terjadi pada temperatur 400-600°C.
Ketiga : Aktifasi : dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat
dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktifator.
Yang dimaksud dengan aktifasi disini merupakan suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan
untuk memperbesar pori dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi
molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami
perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar
dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi.
Arang aktif
umumnya memiliki warna hitam, tidak berasa dan tidak berbau, serta
berbentuk bubuk dan granular, yang mempunyai daya serap yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan arang yang belum mengalami proses aktifasi, mempunyai
bentuk amorf yang terdiri dari plat-plat dasar dan disusun oleh atom-atom
karbon C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi yang heksagon. Plat-plat
ini bertumpuk satu sama lain membentuk kristal-kristal dengan sisa-sisa
hidrokarbon yang tertinggal pada permukaan. Dengan menghilangkan hidrokarbon
tersebut melalui proses aktifasi, akan didapatkan suatu arang atau karbon yang
membentuk struktur jaringan yang sangat halus atau porous sehingga permukaan
adsorpsi atau penyerapan yang besar dimana luas permukaan adsorpsi dapat
mencapai 300-3500 cm2/gram.
Proses pembuatan arang aktif dibagi menjadi 2, yaitu :
1)
Proses
Kimia
Pertama Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia
tertentu, kemudian dibuat padatan . Yang Selanjutnya padatan tersebut dibentuk
menjadi batangan dan dikeringkan serta dipotong-potong. Proses Aktifasi ini
dilakukan pada temperatur 100°C. Arang aktif yang dihasilkan selanjutnya dicuci
dengan air dan dikeringkan pada
temperatur 300°C. Dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi terlebih
dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia.
2)
Proses
Fisika
Sedangkan proses fisika Bahan baku terlebih dahulu dibuat
arang. Selanjutnya arang tersebut digiling, dan diayak untuk selanjutnya
diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur 1000°C yang disertai
pengaliran uap.
Ø Penyerapan Bahan - bahan Terlarut Dengan Arang Aktif
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap.
Untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dalam air, umumnya menggunakan arang
aktif dengan cara mengubah sifat permukaan partikel karbon melalui proses
oksidasi.
Partikel ini akan menyerap bahan-bahan organik dan akan
terakomulasi pada bidang permukaannya. Pada umumnya ion organik dapat
diturunkan dengan arang aktif.
Adsorpsi oleh arang aktif ini dapat melepaskan gas, cairan dan zat padat dari larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan tergantung pada pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul. Penyerapan terbesar terdapat pada pH rendah. Dalam Laboratorium Manual disebutkan bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan arang aktif akan meningkat dengan turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan larut dengan larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan pada arang aktif lebih rendah.
Proses
adsorpsi arang aktif dapat digambarkan sebagai molekul yang meninggalkan zat
pengencer yang terjadi pada permukaan zat padat melalui ikatan kimia maupun
fisika. Molekul tersebut digunakan sebagai adsorbat dan zat padat disebut
adsorben arang aktif. Adapun adsorpsi yang terjadi pada arang aktif dapat
bersifat :
- Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi berdasarkan ikatan fisika antara
zat-zat dengan arang aktif dalam keadaan suhu rendah dengan penyerapan relative
kecil.
- Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi berdasarkan ikatan kimia antara
adsorben (arang aktif) dengan zat-zat teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan
dalam larutan yang bersifat elektrolit akan diserap lebih efektif dalam suasana
basa oleh arang aktif. Sedangkan bahan dalam larutan yang bersifat non
elektrolit penyerapan arang aktif tidak dipengaruhi oleh sifat keasaman atau
sifat kebasaan larutan.
Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya
serap adsorpsi, yaitu:
·
Sifat
serapan
banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif,
tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa.
Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan
dari struktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi
oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, dan struktur rantai
dari senyawa serapan.
·
Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati
temperatur pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur
proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat
senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka
perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi
dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang
lebih rendah.
·
pH
(derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH
diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena
kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut.
Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan penambahan alkali,
adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
·
Waktu
singgung
Bila arang
aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai
kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang
yang digunakan.
Selisih
ditentukan oleh dosis arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung.
Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk
bersinggungan dengan senyawa serapan.
Secara garis besar penyerapan arang aktif terhadap zat
yang terlarut adalah:
- Zat teradsorpsi berpindah dari larutannya menuju lapisan luar dari adsorben (arang).
- Zat teradsorpsi diserap oleh permukaan arang aktif.
- Zat teradsorpsi akhirnya diserap oleh permukaan dalam atau permukaan porous arang.
Adapun secara umum faktor yang menyebabkan adanya daya
serap dari arang aktif adalah :
- Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap.
- Adanya permukaan yang luas (300 – 3500 cm2/gram) pada arang aktif sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang besar.
Menurut SII No.0258-79, arang aktif yang baik mempunyai
persyaratan seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini :
Tabel1. Spesifikasi karbon aktif
JENIS
|
PERSYARATAN
|
Bagian yang hilang pada
pemanasan 950°C
|
Maks. 15%
|
Air
|
Maks. 10%
|
Abu
|
Maks. 2,5%
|
Bagian yang tidak diperarang
|
Tidak nyata
|
Daya serap terhadap larutan
|
Min. 20%
|
b. Gel Silika
Merupakan bahan yang terbuat dari add treatment dari larutan sodium silikat yang dikeringkan. Luas
permukaanya 600-800 m2/g dengan diameter pori antara 20-50Á. Gel
silika cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas dehidrat dan untuk memisahkan
hidrokarbon.
c. Alumina Aktif
Alumina aktif cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas
kering dan Liquid. Luas permukaannya 200-500 m2/g dan diameter
porinya 20-140Á.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.dimana
Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen
dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil.
Adsorpsi
merupakan peristiwa penyerapan spesi (
muatan listrik atau ion dan molekul netral ) oleh permukaan partikel koloid.
Peristiwa ini umumnya terjadi karena adanya gaya tarik molekul, atom atau ion
pada permukaan adsorben ( koloid ). Kemampuan menarik / menyerap ini disebabkan
karena terdapatnya tegangan permukaan
koloid yang cukup tinggi, sehingga jika ada partikel / spesi yang menempel akan
cenderung dipertahankan pada permukaannya.
Disini saya mengambil
contoh Pemurnian Air menggunakan arang aktif sebagai adsorben
Dimana arang aktif dibuat dari bahan baku berupa
kayau yang sering kita jumpai
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Keenan. 1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Muchayat dan Widjaja, T., 2004, Studi Kinerja Pact Proses Dalam
Merespon Bahan Organik Berbasis Phenol, Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi 3 (3)
77-83.
Sukardjo. 1990. Kimia
Anorganik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Syabatini, A., 2009, Kinetika Adsorpsi (online),
www.annisanfushie's_weblog/htm, diakses tanggal 10 Juni, puku l 19.00 WIB.
Tony,
Bird. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Kappl Michael, dkk. 2003. Physics and Chemistry of Interfaces. Deutsche : WILEY-VCH Verlag
GmbH & Co.
KGaA